Friday, 6 September 2019

PENGERTIAN HIPOTESIS

PENGERTIAN HIPOTESIS

Ketika sedang melihat sebuah drama ataupun reality show di televisi, pernahkah Anda menduga-duga apa yang akan terjadi pada tokoh utama di akhir cerita? Jika pernah, apa dasar yang Anda gunakan untuk membuat dugaan tersebut? 
Dalam kehidupan ini ada banyak hal yang membuat kita sering menduga-duga tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Seringkali dugaan-dugaan tersebut muncul karena adanya pengalaman akan hal yang sama atau setidaknya mirip dengan kejadian yang tengah kita hadapi. Dalam ranah penelitian, dugaan-dugaan juga seringkali muncul. Dugaan ini lebih sering disebut dengan istilah hipotesis.
Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan kebenarannya.
Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian. Jika sebuah hipotesis telah teruji kebenarannya, maka hipotesis akan disebut teori.
Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus dibuat oleh peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengujian hipotesis penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian terbukti, begitu pun sebaliknya. Sementara itu, pengujian hipotesis statistik berarti menguji apakah hipotesis 

penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat diberlakukan pada populasi atau tidak.
JENIS HIPOTESIS
Terdapat tiga macam hipotesis dalam penelitian, yakni hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Masing-masing dari hipotesis ini dapat digunakan sesuai dengan bentuk variabel penelitian yang digunakan. Apakah penelitian menggunakan variabel tunggal/ mandiri atau kah variabel jamak? Jika yang digunakan adalah variabel jamak, apa yang ingin diketahui oleh peneliti dalam rumusan masalah?

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks atau tidak.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni bakso di restoran Bakso Idola Malang, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho : Bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks
Atau
H1 : Bakso di restoran Bakso Idola Malang tidak mengandung boraks

2. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung club sepakbola Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah berbeda.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah pendukung club sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas yang sama?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama adalah loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel kedua adalah loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan pendukung club Chelsea
Atau
H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama (berbeda) dengan pendukung club Chelsea

3. Hipotesis Asosisatif

Hipotesis asosiatif dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama adalah sinetron berjudul “Anak Jalanan”, sedangkan variabel kedua adalah gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal hubungan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Atau
H1: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” tidak memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.

Menguji Hipotesis. Sesudah hipotesis dirumuskan, hipotesis tersebut kemudian diuji secara empiris dan tes logika. Untuk menguji suatu hipotesis, peneliti harus:
1.    Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar.
2.    Memilih metode-metode penelitian yang mungkin pengamatan, eksperimental, atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak.
3.    Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data  atau tidak.
Prosedur pengujian hipotesis statistik adalah langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan pengujian hipotesis tersebut. Langkah-langkah pengujiannnya adalah:
1.    Menentukan Formulasi Hipotesis
Formulasi atau perumusan hipotesis statistik dapat dibedakan atas dua jenis yaitu Hipotesis Nol (nihil) yang disingkat Ho, dan Hipotesis Alternatif (tandingan) yang disingkat Ha.
2.    Menentukan Taraf Nyata (Significant Level)
Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis terhadap nilai parameter popolasinya. Taraf nyata disimbol dengan , Semakin tinggi taraf nyata maka semakin tinggi tinggi pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang diuji, padahal hipotesis nol benar.
Besarnya nilai taraf nyata tergantung pada keberanian pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan yang akan ditolerir .
Nilai  yang dipakai sebagai taraf nyata digunakan untuk menentukan nilai distribusi yang digunakan pada pengujian, misalnya distribusi normal, distribusi t, dan distribusi chi kuadrat. Nilai ini telah disediakan dalam table yang disebut nilai kritis.
3.    Menentukan criteria pengujian
Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis nol, dengan cara membandingkan  table distribusinya dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya.
4.    Menentukan nilai Uji Statistik
Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga parameter data sampel yang diambil secara random dari sebuah populasi.
5.    Membuat kesimpulan

Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol (Ho), sesuai dengan kriteria pengujiannnya

No comments:

Post a Comment

keluar duit dari broker